Banyak dari kita telah mengenal Baskara Putra sebagai frontman dari band rock, .feast. Hingga akhirnya pada 2018, Ia memutuskan untuk memiliki wadah bermusik lain sebagai soloist dengan nama Hindia.
Tak kalah suksesnya dengan .feast yang lantang menyuarakan aspirasi seputar isu sosial dan politik, Hindia juga sukses menjadi spektrum lain dari Baskara dimana Ia lebih banyak menyajikan materi musik yang berasal dari dirinya secara personal. Seperti pada “Secukupnya” hingga “Mungkin Besok Kita Sampai”, dimana Baskara mengungkapkan ekspektasinya akan standard kehidupan yang nyaman.
Tak ketinggalan “No One Will Find Me”, lagu perdana Baskara di bawah nama Hindia, menjadi sajian pertama dengan lirik yang sepenuhnya tentang dirinya, dibalut dengan aransemen musik yang memberikan cita rasa baru.
Baskara Putra merupakan musisi yang sangat kuat sebagai songwriter. Menulis lirik tampaknya menjadi keahlian utama yang telah Ia memiliki lebih lama sebelum kita ketahui. Mari mengenal proses bermusik dan cara berpikir Baskara Putra yang menarik sebagai seniman melalui wawancara eksklusif berikut.
Memutuskan untuk bersolo karir, identitas seperti apa yang ingin Baskara Putra capai melalui nama Hindia?
Sebenarnya, gue pengen punya wadah lain untuk banyak topik lain yang tidak bisa dimasukan dalam .feast. Karena .feast pada akhirnya berbentuk band. Gue gak mungkin masukin banyak hal pribadi dalam grup musik dengan lima orang. Kurang lebih itu salah satu alasannya gue punya solo sendiri dengan nama Hindia.
Apa visi Baskara Putra dalam bermusik sebagai Hindia melalui lagu-lagunya yang lebih personal? Sebagai media ekspresi perasaan pribadi saja atau ada pengaruh yang ingin dibagikan pada pendengar?
Yang pasti gue kalau bikin lagu, gue sangat mengusahakan yang penting gue suka dulu ama musiknya. Gue memang bicara tentang apa yang ingin gue bicarakan. Dan kebetulan pada akhirnya apa yang gue omongin ternyata banyak juga yang ngerasain. Jadi bisa berguna juga buat orang lain, tidak sekadar “terapi pribadi”, jadi proses gue lebih dewasa dengan tulisan gue.
Sebetulnya gak ada visi yang muluk-muluk, gue cuma ingin seratus persen murni ngomongin hal yang pengen gue omongin. Kalau pada akhirnya juga bisa berguna buat orang banyak, syukurlah. Gue berusaha menjadi seberguna mungkin untuk banyak orang.
Bagaimana pendapat Baskara Putra tentang sebutan “alter ego” untuk Baskara sebagai Hindia? Apa Baskara Putra yang dikenal sebagai vokalis .feast memang berbeda dengan ketika sebagai Hindia?
Gue percaya bahwa orang punya spektrum emosi yang banyak. Gak cuma punya satu sifat aja. Misalnya saja, kalau kita lagi main sama teman yang beda, cara ngomongnya bisa beda, sifat kita juga bisa beda. Sebetulnya sesederhana itu, sih. Jadi sebetulnya (musik gue) masih datang dari orang yang sama baik di .feast maupun Hindia. Kalau dibilang alter ego, gak sih ya. Dengan segala spektrum emosi dan topik yang ingin gue bicarakan, gue cuma punya tempat yang cocok untuk masing-masing.
Genre apa atau musisi lain siapa yang menjadi inspirasi warna musik dari Hindia?
Gue berusaha “makan” sebanyak mungkin musik dalam proses gue mencari inspirasi dan referensi. Jadi kayaknya agak susah kalau ditanyain patokannya. Karena apa yang gue dengerin bisa berubah setiap waktunya. Gue mungkin mencoba untuk mendekatkan diri dengan musisi yang paling cocok dengan topik yang ingin gue bicarain.
Gue lebih banyak dengerin musik yang kakak gue dengerin. Karena gue juga terinspirasi untuk bermusik setelah melihat kakak gue. Internet dulu juga belum seperti sekarang, jadi ya rekomendasi semua dari kakak. Mulai dari John Mayer, Incubus, itu beberapa nama yang masih gue dengerin sampai saat ini. Jadi, kalau referensi sebetulnya gak ada yang pasti, cuma kalau yang mematik semangat gue untuk bermusik ya setidaknya beberapa musisi yang sudah gue sebut itu.
Baskara Putra memiliki gaya penulisan yang kaya kosa kata dan frasa yang variatif. Lagu-lagu yang Hindia tulis memikat bukan karena mengandung ‘hook’ yang cenderung repetitif, namun bagaimana sebuah cerita terkandung di dalamnya untuk didengar. Bisa ceritakan minat Baskara Putra dalam dunia menulis? Bentuk tulisan lain apa yang pernah Baskara Putra geluti?
Awalnya gue suka menulis karena suka baca. Dan puji Tuhan ibu gue sangat memfasilitasi gue untuk membaca sejak kecil. Dari situ, gue suka melihat keahlian para penulis novel merangkai kata. Kecintaan gue dengan dua cerita fiksi dan literatur juga semakin tumbuh dari membaca novel. Ada masanya gue belum melihat musik sebagai minat utama, gue kira gue bakal mendalami penulisan. Gue pernah bantu bikin naskah teater buat temen di kampus, terus menulis lepas buat media di kampus.
Gue pernah bikin band, coba nulis-nulis lagu, tapi belum serius. Hingga akhirnya, pas kuliah ketemu temen-temen yang minta bantuan untuk betulin dan ngerapiin lirik lagu. Dari situ, yang sebetulnya sudah sempat punya minat bermusik, tapi gak pernah diseriusin, akhirnya gue coba bikin band buat nyanyiin lagu-lagu yang sudah gue tulis, karena sayang juga kalau gak diwujudkan. Jadi, sebetulnya gue memang mulainya dari menulis pas kuliah, hingga akhirnya berkembang ke musik.
Ketika meracik sebuah lagu untuk Hindia atau secara umum, biasanya mulai dari komposisi musiknya dulu atau liriknya dulu?
Biasanya tergantung sama lagunya. Tapi proses yang paling sering gue lalui itu dimulai dari gagasannya dulu. Tentang gue mau nulis apa, terus perasaan yang muncul gue rangkum jadi satu judul yang kuat. Baru dari situ gue mulai bikin lagunya secara keseluruhan. Gak harus langsung jadi, sih. Karena gue sebetulnya lebih ke songwriter dibandingkan produser. Terus gue percayain ke teman-teman lain yang lebih ahli menerjemahkan lagu gue ke musik.
Sangat menarik melihat persona rockstar yang frontal dari Anda sebagai vokalis .feast. Namun sebagai Hindia, kita bisa melihat sisi yang lebih sensitif dan mellow dari Baskara Putra. Tak hanya dalam segi penulisan lirik namun juga musiknya. Sebetulnya genre musik apa yang paling sesuai dengan forte Baskara Putra?
Agak susah kalau ditanyain ‘label’ atau ‘genre’ musik apa yang gue mainkan. Karena root genre gue gak sekuat teman-teman lain yang tumbuh besar di satu genre tertentu. Gue sempat menyukai beberapa genre musik, tapi hal tersebut bisa berubah setelah beberapa tahun, bahkan bertolak belakang.
Jadi kalau gue bikin lagu, genre itu gunakan sebagai medium yang bisa menyesuaikan dengan lagu yang gue tulis. Misalkan, lagu yang gue buat rasanya “berkata” ke gue untuk dibawakan dengan musik metal, ya gue akan coba. Dari situ gue akan belajar bagaimana caranya menerjemahkan musik yang ada di pikiran gue untuk menjadi genre yang diminta oleh kontennya.
Mungkin secara umumnya, musik gue bisa dibilang pop alternative. Ada banyak referensi berbeda yang diadaptasi. Gue sebut pop alternative karena gue suka musik yang mudah dicerna, yang bisa menjangkau banyak orang.
Sebagai musisi yang memiliki kemampuan songwriting kuat dan khas, bagaimana Baskara Putra bersikap dalam sebuah project kolaborasi dengan musisi lain?
Gue selalu senang kalau sedang kolaborasi dengan musik lain, terutama musisi yang sudah punya warna musik kuat banget. Gue seneng melihat proses mereka dalam bermusik mulai dari nol untuk melahirkan sebuah karya. Karena sering kali proses menciptakan musik mereka berbeda dengan gue. Tapi justru seru karena bisa melihat perspektif yang baru. Baik itu performafer, band, songwriter, produser, bahkan engineer yang belum pernah gue kerjasama sebelumnya. Begitu salah satu cara gue untuk berkembang dalam sebuah kolaborasi. Gue berusaha ngajarin diri sendiri bahwa masih banyak hal yang belum gue ketahui.
Debut solo pada 2018, akhirnya Hindia mendapat penghargaan pada ajang Anugerah Musik Indonesia 2020 sebagai Artis Solo Alternatif Terbaik. Apa makna sebuah penghargaan ajang musik bagi Baskara Putra? Bagaimana Anda mengukur kesuksesan diri sendiri sebagai seorang musisi?
Pastinya seneng ya, ketika karya kita diberi apresiasi dalam bentuk apapun. Bahwa apa yang kita kerjain ternyata diketahui oleh banyak orang di luar sana. Meski pada akhirnya, bukan bentuk penghargaan seperti itu yang gue kejar. Tapi gak bisa bohong memang sangat menyenangkan. Penghargaan musik buat gue bisa jadi catatan kecil bahwa musik gue didengar oleh orang.
Tapi, kalau ditanyain apa yang menjadi tolak ukur kesuksesan gue sebagai musisi; musisi itu ‘kan pekerja seni, dan seni berhubungan dengan produktivitas. Gue rasa, seniman dalam bidang apapun selalu punya caranya sendiri untuk menentukan (tolak ukur kesuksesan), dan apapun itu sah-sah saja karena subjektif. Kalau buat gue pribadi, gue sudah cukup senang ketika gue bisa menciptakan banyak hal yang pengen gue ciptain tanpa kepentingan tertentu tapi pada akhirnya bisa didengar dan diapresiasi oleh banyak orang.
Namun, (tolak ukur kesuksesan) itu berbeda dengan menjadi musisi dengan rilisan yang sukses. Kalau sudah jadi rilisan, tolak ukurnya sudah berubah jadi kuantitatif. Mulai dari berapa banyak orang yang mendengarkan, apakah dia bisa hidup dengan pilihan karir sebagai musisi, apakah timnya cukup mapan untuk bisa nopang musisi tersebut.
Pada akhirnya tolak ukurnya subjektif kalau menurut gue. Karena pertanyaan seperti itu selalu berpengaruh pada dua sisi, dan gue memilih untuk membedakannya menjadi dua definisi dengan ekspektasi yang sehat.
Terakhir, apa ada project terbaru dari Hindia yang patut kita nantikan setelah ini?
Hindia sebetulnya sedang istirahat. Karena sebelum pandemi maupun setelah pandemi ada banyak kegiatan. Tapi gue sudah memasuki proses penulisan untuk album kedua. Sebetulnya bukan sesuatu yang direncanakan, karena gue selalu menunggu ketika inspirasi itu datang sendiri. Dan ibaratnya, akhirnya wahyu dan ilham itu uda turun ke gue (untuk album kedua), bahwa ini sesuatu yang dari hati dan pengen gue omongin. Selain itu, ada beberapa proyek lainnya di luar Hindia. Gue berharap semoga semuanya lancar, biar tahun depan bisa balik pertunjukan offline.