Connect with us
Smile
Paramount Pictures

Film

Smile Review: Horor Psikologis yang Berujung Medioker

Hadir dengan nuansa horor psikologis, ‘Smile’ seakan berakhir seperti film horor mediocre lainnya yang bergantung pada teknik usang.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Bagi sebagian besar orang, ketakutan kerap hadir karena efek psikologis yang bermain di dalam kepala mereka. Hal seperti ini seringkali menjadikan rasa takut terealisasi tanpa disadari oleh orang tersebut, mengabaikan berbagai fenomena tak masuk akal yang sebenarnya memiliki hubungan tak kasat mata di dalamnya. Hal tersebut dihadirkan sebagai sorotan utama dalam film ‘Smile’.

‘Smile’ merupakan film horor psikologis dari Paramount Pictures yang menjadi debut penyutradaraan film panjang Parker Finn. Menempatkan Sosie Bacon sebagai pemeran utama, film ini membawa penonton dalam kisah Rose, seorang psikiater yang terguncang setelah salah satu pasiennya bunuh diri di hadapannya dalam keadaan tersenyum. Tanpa ia sadari, psikiater ini terjebak dalam keadaan yang sama seperti pasiennya dan harus menghentikan rentetan kengerian tersebut sebelum larut di dalamnya.

Smile

Narasi yang diusung Parker Finn dalam ‘Smile’ meliputi protagonis yang seakan mengalami berbagai kejadian aneh di sekitarnya, yang perlahan memengaruhi psikologi karakter utama. Perlahan tapi pasti, misteri semakin terungkap seiring dengan intensitas ketakutan yang meningkat. Formula seperti ini sudah diusung pada berbagai film, seperti ‘Truth or Dare’ dari Blumhouse hingga ‘The Ring’ yang legendaris, membuat film ini terasa usang.

Sebagai film horor, ‘Smile’ tentunya menyuguhkan deretan scare element untuk meningkatkan kengeriannya. Walau berhasil memberikan ketegangan pada menit-menit awal, pembangunan horornya terasa makin monoton dengan formula repetitif, menjadikan ketakutan yang ingin dihadirkan sangat predictable. Hal ini membuat bangunan horornya yang meliputi kelainan psikologis menjadi sia-sia dan tidak jauh berbeda dengan berbagai film horor Hollywood mediocre lainnya.

Dari jajaran cast-nya, tak ada yang tampil spesial dalam ‘Smile’. Tak terkecuali bagi Sosie Bacon yang tampak bekerja keras melalui aktingnya sebagai psikiater yang merasa diteror oleh sesuatu di dalam kepalanya, walau akting kerennya belum mampu menyelamatkan betapa mediocre-nya film ini.

Sebagai film panjang perdana arahan Parker Finn, aspek teknis yang dihadirkan terasa cukup baik. Sinematografi yang tampak halus serta dukungan scoring ala film horornya membuat ‘Smile’ ini tetap asik dinikmati, utamanya di layar lebar.

Akhir kata, ‘Smile’ merupakan film horor mediocre yang menjadi awal penyutradaraan dari seorang Parker Finn. Meski hadir dengan narasi usang dan scare element yang repetitif, film yang berusaha memainkan psikologi penonton ini tetap layak untuk ditonton di bioskop.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect