Connect with us
Shirley Review
Neon

Film

Shirley Review: Perspektif Seorang Penulis Dalam Menciptakan Sebuah Kisah

Semi biografi Shirley Jackson yang memuat fiksi dan fakta dengan kemasan unik.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Shirley merupakan film drama karya sutradara Josephine Decker. Naskah ditulis oleh Sarah Gubbins yang diadaptasi dari novel berjudul serupa karya Susan Scraf Merell. Dibintangi oleh Elisabeth Moss sebagai seorang penulis terkenal pada era 1940-an di Amerika Serikat, Shirley Jackson. Shirley merupakan film semi biografi yang memadukan kisah nyata dan fiksi tentang proses penulisan novel Shirley Jackson yang berjudul “Hangsaman”.

Shirley dan suaminya, Stanley Hyman menyambut kedatangan pasangan muda, Rose dan Fred Nemser di rumah mereka untuk sementara. Ketika Fred bekerja sebagai asisten Stanley di universitas, Rose lebih banyak menghabiskan waktu dengan Shirley. Interaksi yang terjalin di antara mereka pun membangkitkan inspirasi Shirley untuk memulai sebuah novel dan keluar dari zona nyamannnya.

Melihat Sudut Pandang Seorang Penulis yang Absurd dan Artistik

Sebagai film yang mengklaim memiliki genre drama thriller, unsur ‘thriller’ yang hendak dihadirkan dalam kisah ini bukan seperti derfinisi genre tersebut pada umumnya. Shirley sebagai tokoh utama adalah seorang penulis cerita pendek bergenre horror. Kita akan melihat potongan-potongan adegan yang terasa bagai mimpi atau lamunan Shirley yang sedang berusaha keras mendapatkan inspirasi dalam menulis. Mulai dari ‘penglihatan’ yang tampak absurd, hingga secara perlahan sampai pada momen ‘eureka’ dimana Shirley mulai mendapatkan ide untuk memula projek menulisnya.

Shirley

Thatcher Keats/Neon

Berpadu dengan penokohan Shirley yang eksentrik dan imaginatif, berhasil dibangkitkan oleh aktris Elisabeth Moss. Kita akan seperti masuk dalam kertas buram seorang penulis yang terus mengembangkan ide ceritanya. Mulai dari membentuk tokoh utama, dialog yang mengalami pergantian berkali-kali, hingga kemana arah plot yang ingin dibawakan. Berhubung kisah yang hendak Shirley memiliki tema drama tragedi, suasana yang hidup dalam film ini pun membawakan kegelisahan tersebut.

Plot Sederhana Dikemas Dengan Produksi Unik

Sebagai film adaptasi buku, Shirley dieksekusi dengan konsep yang original dan unik. Sesuatu yang belum pernah kita lihat di film drama thriller lainnya. Mulai dari sinematografi, editing, hingga scorring yang menghidupkan suasana suspense dalam sebuah kisah drama dengan unsur kisah tragedi romansa. Shirley mampu mengeksekusi ketakutan dalam wujud lainnya. Rasa khawatir dan gelisah tak selalu muncul karena gangguan supranatural atau teror pembunuh; kekhawatiran akan nilai dari harga diri kita sebagai wanita serta apa yang dilakukan para pria kita lepas dari pengawasan kita juga bisa menjadi materi “horror” yang nyata.

Shirley juga mengandung berbagai layer plot yang tumpang tidih. Konsep inilah yang mungkin akan cukup membingungkan bagi penonton yang kurang menyukai film dengan teknik eksperimental. Film ini merupakan film drama dimana eksekusinya bagai film suspense dengan sentuhan mind bending. Tanpa narasi sama sekali selain pemikiran Shirley dalam menulis ceritanya, penonton diberi kebebasan untuk berasumsi tentang kisah yang dimuat dalam film ini.

Shirley

Neon

Beberapa penonton akan menikmati “perjalanan” unik dan menantang yang disajikan oleh film ini. Namun banyak juga penonton yang beranggapan film ini tidak memiliki plot dan esensi. Hanya film yang berusaha tampil beda, terlalu absurd, dan mengandung banyak adegan yang membuat kita merasa tidaknya nyaman. Pandangan-pandangan tersebut akan muncul tergantung jenis penonton seperti apa kita, ini soal selera. Shirley bukan film yang disukai oleh segala kalangan.

(Spoiler Alert)

Hangsaman karya Shirley Jackson merupakan novel yang Ia tulis karena terinspirasi dari kasus menghilangnya seorang mahasiswa di kota tempat tinggalnya. Hal tersebut merupakan sepenggal fakta yang juga dimasukan dalam filim ini. Sementara pasangan Rose dan Fred Nemser merupakan karakter fiksi yang ditambahan untuk memberikan kesan dramatis dalam kisah Shirley.

Kebanyakan penonton tidak suka “digantung”. Kita semua selalu ingin penjelasan dan akhir cerita yang mutlak faktanya. Apa yang terjadi dengan Rose? Di sini ‘lah keberhasilan seorang penulis; ketika karakter ciptaannya menarik perhatian pembacanya (dalam kasus ini kita sebagai penonton). Kita lupa bahwa ini adalah kisah Shirley, bukan Rose.

Film ini ditutup dengan adegan yang membuat kita mempertanyakan nasib Rose sebagai objek inspirasi Shirley. Namun kita justru disuguhi jawaban yang mungkin tidak kita pertanyakan; Shirley berhasil menyelesaikan novelnya.

Dari awal Shirley diragukan oleh suaminya sendiri bahwa proyek kali ini bukan sesuatu yang Ia kuasai, namun Shirley berhasil membuktikan bahwa Ia bisa keluar dari zona nyamannya sebagai seorang penulis, mencoba materi baru. Meski harus memanfaatkan sosok Rose dengan kemalangannya, hanya sejenak Ia merasakan luka dan simpati pada karakter yang Ia ciptakan tersebut. Setiap penulis pasti memiliki ikatan tertentu dengan setiap karakter fiksi yang Ia ciptakan. Pada akhirnya, Ia mampu merayakan keberhasilannya dengan menari di atas penderitaan Rose.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect