Connect with us
Nine Days

Film

Nine Days: Fantasi Tentang Keberadaan Jiwa-jiwa yang Mengantri untuk Dilahirkan

Film “before life” yang mengajak manusia untuk berkontemplasi dan memaknai kehidupan.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Sutradara sekaligus penulis keturunan Brazil-Jepang, Edson Oda mengawali debut penyutradaraan film  panjangnya melalui “Nine Days” (2020), melodrama dengan pendekatan eksplorasi filosofi moral manusia yang dipadukan dengan plot diluar realitas kehidupan dunia normal.

Film yang ditayangkan pertama kali di Sundance Film Festival pada Januari 2020 lalu ini mencuri perhatian karena menawarkan penceritaan unik, namun mengarah langsung pada perasaan sensitif manusia tentang apa sebenarnya arti eksistensi mereka di dunia. “Nine Days” membawa penikmatnya mengunjungi sebuah rumah kecil ditengah gurun untuk bertemu dengan jiwa-jiwa yang belum terlahir.

Mengikuti Pekerjaan Seorang Birokrat Surga

Tempat bernama Limbo adalah rumah kecil di tengah hamparan gurun pasir yang terasing. Wiil (Winston Duke) diceritakan sebagai seorang birokrat surga yang setiap harinya bekerja menonton tayangan kehidupan manusia pada televisi-televisi tabung.

Setelah kematian seseorang bernama Amanda (Lisa Starrett), dunia memiliki satu posisi kosong yang bisa diperebutkan oleh sekelompok jiwa yang ingin hidup. Wiil bertugas menyeleksi jiwa yang layak hidup selama sembilan hari, dengan serangkaian proses yang rumit, dari mulai pertanyaan mendasar sampai respon saat mengalami kondisi tertentu. Selama proses perekrutan satu persatu jiwa akan berguguran dan menyisakan satu jiwa yang layak terlahir ke dunia.

Film Surealis dengan Pendekatan Paling Sensitif

Daripada disebut sebagai film fiksi ilmiah, “Nine Days” sepertinya lebih layak digolongkan sebagai film surealis. Kehidupan setelah kematian memang banyak diceritakan dalam kitab-kitab keagamaan, namun kehidupan sebelum kelahiran tidak banyak mendapat perhatian besar. Jadi cerita tentang jiwa-jiwa yang memperebutkan satu posisi kosong setelah kematian seseorang di dunia ini terasa begitu surealis, ditambah dengan karakter-karakternya yang semuanya asing, nyaris tidak ada ikatan.

Namun, film ini berhasil mengusik perasaan karena banyak menampilkan beberapa dialog yang mengarah pada pertanyaan-pertanyaan dasar tentang hakikat kehidupan. “Nine Days” juga menuntun penonton untuk berkontemplasi dan mengingat kembali tentang apa sebenarnya keinginan terbesar manusia dalam menjalani kehidupan.

Menampilkan Karakter yang Semakin Membuat Penonton Merasa Terasing

“Nine Days” sebenarnya bukan tipe film senyap yang mengandalkan interaksi antar karakter lewat sebuah gestur atau sorot mata para aktornya. Film ini malah sesekali terdengar berisik dengan teriakan-teriakan Will yang seperti lepas kontrol saat melakukan sesi wawancara dengan beberapa kandidat jiwa yang ingin hidup.

Pada saat-saat tertentu, film ini membawa penonton ke dalam sebuah perasaan terasing yang teramat dalam, misalnya saat jiwa-jiwa yang akan gugur diberikan satu kesempatan untuk melakukan keinginan terakhirnya. Ada perasaan yang timbul seperti mendekat pada jalur kematian, tetapi terasa lebih dalam lagi saat karakter bernama Emma (Zazie Beetz) menyaksikan satu persatu jiwa yang kalah menghilang. Adegan yang berulang beberapa kali itu seperti sebuah analogi bahwa semua manusia pada akhirnya akan menuju keabadian, sebuah ketiadaan.

Secara garis besar film “Nine Days” adalah tontonan segmented yang tidak bisa disukai dan dinikmati oleh banyak orang. Ending film ini juga terkesan tidak klimaks, seolah ingin menyerahkannya pada interpretasi masing-masing penonton.

Akan tetapi, film ini menjadi salah satu sajian cerita surealis yang menyentuh karena banyak menebar dialog dan sinematografi yang membuat perasaan gelisah dalam memaknai kehidupan.

Selain melihat penampilan paripurna dari Winston Duke dan Zazie Beetz, film dengan panjang durasi 124 menit ini juga dibintangi oleh Benedict Wong, Tony Hale, dan Bill Skrasgard.

The Siege of Jadotville The Siege of Jadotville

The Siege of Jadotville Review – Kisah Heroisme yang Terlupakan

Film

The General's Daughter Review The General's Daughter Review

The General’s Daughter Review: Thriller Militer yang Menantang Moralitas

Film

12.12: The Day 12.12: The Day

12.12: The Day Review – Kudeta Militer dan Periode Tergelap Korea Selatan

Film

Look Back Review Look Back Review

Look Back Review: Nostalgia & Tragedi

Film

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect