Connect with us
KKN di Desa Penari: Luwih Dowo Luwih Medeni
MD Pictures

Film

KKN di Desa Penari: Luwih Dowo, Luwih Medeni Review – Panjang yang Membosankan

Lebih lengkap walau memang terasa kurang menggugah.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

‘KKN di Desa Penari’ merupakan salah satu film horor Indonesia dengan antusias tertinggi sepanjang 2022 lalu. Karena hype yang dihadirkan dari source material-nya, film yang dirilis pada April 2022 tersebut berhasil mendulang torehan 9 juta penonton dan menobatkannya sebagai film Indonesia terlaris sepanjang masa. Seakan ingin mengukuhkan takhtanya, hadir versi extended yang diberi judul ‘KKN di Desa Penari: Luwih Dowo, Luwih Medeni’.

‘KKN di Desa Penari: Luwih Dowo, Luwih Medeni’ merupakan film horor produksi MD Pictures dan Pichouse Films yang disutradarai oleh Awi Suryadi. Membawa Tissa Biani, Aghiny Haque, Adinda Thomas, dan beberapa bintang ternama lainnya, film ini berfokus pada kisah satu kelompok mahasiswa yang menjalani KKN pada satu desa di Jawa Timur. Akan tetapi, hadirnya deretan kejadian janggal membuat kegiatan mereka tidak akan semulus yang diharapkan.

Layaknya versi yang rilis di bioskop pada April tahun lalu, ‘KKN di Desa Penari: Luwih Dowo, Luwih Medeni’ tetap membawa cerita dari Nur, Ayu, dan teman-temannya dalam menjalani KKN di desa penuh misteri. Secara narasi, tak ada perubahan yang disajikan seiring penceritaannya. Hal paling mencolok adalah hadirnya deretan adegan tambahan, yang sayangnya sebagian besar adegan hanya menjadi eksposisi semata tanpa substansi berarti di dalamnya.

Melalui ‘KKN di Desa Penari: Luwih Dowo, Luwih Medeni’, berbagai karakter terasa lebih hidup dibanding versi sebelumnya. Durasi lebih panjang ini berusaha dimaksimalkan untuk menampilkan lebih dalam beberapa karakter, seperti Nur dan Widya dengan ketakutan mereka sebelum, seiring, dan sesudah KKN berlangsung.

Tak heran, performa Tissa Biani dan Adinda Thomas terlihat paling maksimal dalam versi extended ini. Selain itu, hadirnya Fajar Nugra dan Calvin Jeremy setidaknya membuat film berdurasi hampir 3 jam ini lebih fun melalui interaksi tambahan yang disajikan oleh Awi Suryadi dan segenap kru di balik layar.

Secara teknis, tak ada perbedaan mencolok yang disajikan. Seperti versi awalnya, extended version dari ‘KKN di Desa Penari’ tetap hadir dengan set design bernuansa misteri pada desa tengah hutan dan scoring yang cukup berhasil dalam membangun kengerian dalam berbagai scene.

Penerapan sinematografi yang paling mencolok perbedaannya, dimana pada versi panjang ini lebih banyak aerial shot disajikan. Meski terasa estetikanya, shot keren tersebut seakan hanya terasa seperti show-off tanpa substansi berarti dalam penggunaannya.

Akhir kata, ‘KKN di Desa Penari: Luwih Dowo Luwih Medeni’ tidak mengubah intisari dari versi aslinya. Meski pada beberapa kesempatan berhasil menambahkan depth, durasi baru yang mencapai hampir 3 jam membuatnya terasa membosankan karena minimnya tambahan substansial seiring pemutarannya.

den of thieves 2: pantera den of thieves 2: pantera

Den of Thieves 2: Pantera Review

Film

Mufasa: The Lion King Review Mufasa: The Lion King Review

Mufasa: The Lion King Review – Asal-Usul Mufasa dalam Visual Spektakuler yang Kurang Menggigit

Film

Nosferatu 2024 Nosferatu 2024

Nosferatu Review: Kisah Klasik Vampir yang Dibalut Visual Gotik Modern

Film

Presence Review: Pendekatan Unik Dari Sudut Pandang Hantu

Film

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect