Connect with us
Hypnotic Review
Netflix

Film

Hypnotic Review: Praktek Hipnoterapi sebagai Modus Kriminal

Film psychological thriller yang menegangkan, namun tidak cerdas.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

“Hypnotic” merupakan film yang cukup diantisipasi di Netflix karena dibintangi oleh Kate Siegel yang populer melalui berbagai karya Mike Flanagan. Salah satunya yang masih segar di ingatan kita adalah serial “Midnight Mass”.

Kali ini Kate Siegel menjadi Jennifer, seorang wanita yang sedang tidak bahagia setelah putus dengan tunangannya. Temannya pun menyarankannya untuk mengunjungi Collin Meade (Jason O’Mara), seorang psikolog yang diyakini mampu membuat pasiennya merasa lebih baik melalui hipnoterapi.

Film karya sutradara Matt Angel dan Suzanne Coote ini hendak menyajikan kisah psychological thriller. Tipikal film thriller dengan protagonis perempuan sebagai korban seperti “The Invisible Man” (2020) dan “Unsane” (2018). Sesuai dengan judulnya, “Hypnotic” hendak mengeksplorasi kemungkinan tergelap dari praktek hipnoterapi yang bisa disalah gunakan.

Hypnotic Review

Menegangkan, Ide Modus Kriminal yang Menarik untuk Dieksplorasi

“Hypnotic” sebetulnya mengangkat ide cerita sebagai materi thriller yang dapat menimbulkan kontroversi di masyarakat dan pekerja profesional, khususnya psikolog yang memiliki praktek hipnoterapi. Dimana dalam film ini secara gamblang menunjukan kemungkinan terburuk dalam praktek hipnoterapi jika dilakukan oleh orang yang salah.

Namun, sutradara tak perlu khawatir karena “Hypnotic” mungkin akan berakhir sebagai salah satu film b-movie dalam katalog Netflix yang terlupakan. Hal tersebut karena eksekusi ide yang kurang digali dan dikembangkan untuk menjadi cerita yang lebih masuk akal dan meyakinkan penonton.

Tak bisa dipungkiri bahwa adegan epilog dari “Hypnotic” berhasil menghadirkan perasaan tegang dan membuat penonton tertarik untuk mengetahui lebih lagi. Meski kedepannya kita mulai memahami bahwa film ini mengandung banyak adegan thriller yang murahan, beberapa adegan tetap berhasil membuat kita cemas dan paranoid.

Kita akan dibuat ragu antara alam sadar atau ilusi dari sudut pandang Jennifer, seperti dalam film anime “Perfect Blue” (19xx). Tak usah berpikir keras, film ini tidak terlalu mind-bending dan memiliki plot yang kronologis.

Hypnotic Netflix

Kurang Cerdas sebagai Film Psychological Thriller

“Hypnotic” bukan film psychological yang menantang buat kita penikmat musik mind-bending dari Christopher Nolan atau beberapa film dari Martin Scorsese. Banyak latar belakang yang kurang dipresentasikan dengan cerdas, serta kebodohan dari para aktor yang sebetulnya menampilkan akting terbaik mereka.

Pertama, Collin Meade sebagai karakter antagonis dalam kisah ini memiliki penokohan yang lemah. Tanpa “armor” dari penulis naskah, kita bisa menebak bahwa Collin pasti sudah ditangkap oleh pihak yang berwenang karena malpraktek sejak lama. Motif dari Collin juga akan membuat kita semakin kesal dengan cara paling tidak menyenangkan. Kemudian disambut dengan karakter lain yang dengan mudah terjebak dalam permainan pikiran Collin.

Begitu juga dengan karakter detektif yang kita tahu sebetulnya cerdas, namun Ia hanya bisa mengikuti penulisan naskah yang tidak menempatkan setiap karakter sebagai orang yang menggunakan logika untuk melindungi diri, maupun sebagai penjahat yang lebih lihai.

Ada juga beberapa karakter pendukung yang tidak signifikan, namun tiba-tiba muncul dalam plot utama dan melakukan tindakan signifikan untuk mempengaruhi akhir cerita. Kemudian menghilang tanpa diberi kredit lebih atas tindakannya.

Apakah Hipnoterapi Berbahaya?

Lepas dari penulisan naskah “Hypnotic” yang tidak memenuhi standar film psychological thriller yang cerdas, film ini tetap akan membuat penontonnya berpikir dua kali untuk mengambil sesi hipnoterapi. Dijamin juga, kita akan langsung mengakses mesin pencarian dengan keywords ‘apakah hipnoterapi berbahaya?’.

Hipnoterapi merupakan salah satu metode terapi psikologi, cukup populer digunakan untuk terapi mengubah kebiasaan buruk atau mengatasi phobia dengan memasukan sugesti pada pasien oleh terapis. Secara teknis, praktek ini bisa disalahgunakan, sudah banyak juga terjadi di dunia nyata. Namun terjadi dalam praktek medis? Ada kode etik dan izin praktek ketat yang menjaga keamanan pasien.

“Hypnotic” tidak memberikan elemen penokohan yang kuat bagi Collin Meade untuk tampak profesional. Jadi kurang mengejutkan ketika kita sudah yakin bahwa dirinya adalah antagonisnya sejak seperempat pertama cerita. Teori hipnoterapi yang dipresentasikan juga tidak didukung dengan informasi menyakinkan untuk penonton yang awam dengan dunia psikologi. Membuat kita ragu dan berpikir, ‘apa benar hipnoterapi bisa seberbahaya itu?’.

Produksi keseluruhan film “Hypnotic” juga terlihat sangat murahan. Terutama karena komposisi musik latar yang sangat standard dan tidak menimbulkan emosi apapun pada film. Pada akhirnya, “Hypnotic” merupakan film psychological thriller yang dapat tegangnya, namun tidak dilengkapi dengan informasi dan produksi yang maksimal. Masih cukup layak untuk ditonton, namun jangan berharap banyak.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect