Connect with us
hafu japanese
Photo Credit: The Japan Times

Culture

Hafu, Rasisme dan Standar Ganda di Jepang

Ada klinik operasi plastik untuk mengubah wajah orang Jepang menjadi kebarat-baratan.

Beginilah kira-kira gambaran orang Jepang terhadap orang barat: good looking dan 3D. Fitur wajah orang barat dianggap lebih berlekuk dan bervolume. Berwajah barat artinya tampan atau cantik. Memiliki pasangan orang barat adalah suatu rezeki karena akan menghasilkan anak yang lucu. Inilah mengapa memiliki wajah seperti orang barat sangat diidamkan. Salah satu caranya melalui operasi plastik.

Sebuah iklan dari klinik Takasu secara eksplisit memberikan layanan mengubah wajah menjadi lebih barat. Ada perbandingan karakteristik fitur wajah ala Jepang maupun barat yang dijelaskan secara detail. Misalnya orang barat dianggap bertulang dahi maju, jarak antarmata sempit, ujung hidung mengarah ke bawah, dan dagu mencuat ke depan. Detail tersebut dilengkapi beberapa gambar agar dapat memberikan ilustrasi lebih jelas kepada calon pelanggan.

hafu 2 hafu

The 150-page photo book by Tetsuro Miyazaki

Mengapa hal ini bisa terjadi? Salah satunya adalah karena kenaikan jumlah pernikahan interracial (atar ras) di Jepang. Pernikahan yang dilakukan antara orang kulit putih dengan orang Jepang dianggap menghasilkan anak-anak berwajah menarik. Anak-anak ini pada akhirnya meraih popularitas dan terutama jalan menuju kesuksesan di dunia hiburan. Mereka juga dianggap lebih ramah sehingga cocok bekerja di depan layar. Stigma lain yang melekat adalah mereka berasal dari keluarga kaya. Padahal tidak semua anak dari pernikahan interracial hidup makmur.

Orang Jepang menyebut anak-anak hasil pernikahan antar ras sebagai ‘Hafu’. Sebenarnya ini adalah cara orang Jepang melafalkan kata “half” dalam Bahasa Inggris. Bila di barat dikenal istilah mix race alias ras campuran, maka orang Jepang menganggapnya sebagai ras setengah-setengah. Namun di balik pemujaan orang Jepang terhadap tampilan fisik hafu, ada sisi kelam di baliknya.

Banyak dari hafu mengalami bully di sekolah. Hafu dianggap bukan 100% Jepang. Mereka seringkali dipandang outsider atau dalam istilah Jepang sebagai Gaijin. Kadang sebutan yang muncul adalah Daburu alias double yang merujuk pada memiliki dua ras. Seluruh istilah ini memiliki konotasi yang negatif. Ada pula istilah yang lebih netral seperti Kokusaiji alias anak internasional.

Anak-anak dari pernikahan interracial dengan salah satu orangtua kulit putih lebih beruntung dibanding ras lain. Anak dengan salah satu orangtua kulit putih dianggap menarik secara fisik hingga dijuluki golden half. Sebaliknya anak dari hasil pernikahan orangtua berdarah Jepang dengan kulit hitam atau negara Asia lainnya dipandang sebelah mata. Mereka dianggap tidak semenarik anak yang memiliki darah dari orangtua kulit putih.

Contohnya adalah gelar Miss Universe Japan 2015 dan Miss World Jepang 2016. Miss Universe Jepang 2015 diraih oleh seorang keturunan Afrika, Amerika, dan Jepang bernama Ariana Miyamoto. Ia dituding tidak mampu merepresentasikan Jepang karena kulitnya yang hitam. Miss World Jepang 2016 sendiri adalah seorang Jepang-India bernama Priyanka Yoshikawa. Ia kurang lebih mengalami situasi serupa.

Bahkan ucapan tak pantas diutarakan oleh netizen Jepang ketika mengetahui keluarga kerajaan Inggris yang baru adalah seorang kulit hitam. Meghan Markle yang memiliki darah campuran Afrika Amerika juga mendapat komentar serupa hingga kini di dunia barat. Ia selalu dibandingkan dengan Kate Middleton, iparnya yang berkulit putih.

Ariana Miyamoto mengatakan ia tergerak setelah mengetahui seorang temannya yang juga dari hasil pernikahan interasial melakukan bunuh diri. Ia ingin orang Jepang meningkatkan kepedulian mengenai kesulitan yang dihadapi dari anak-anak hasil pernikahan interasial. Saat kecil ia dipanggil sebagai Kuronbo, berasal dari kata kuro alias hitam. Ariana sampai dilempari sampah oleh teman-temannya.

Sebagian besar pernikahan interasial yang dilakukan oleh warga Jepang dilakukan dengan penduduk dari negara Asia lainnya. Contohnya adalah Cina, Korea, dan Filipina. Rasisme yang dialami anak-anak dari hasil pernikahan ini pun besar. Pada beberapa kasus, mereka menutupi marga atau nama keluarga ras lainnya dan hanya mengungkap identitas Jepangnya. Ada film dokumenter yang menggambarkan kondisi ini yaitu “Hafu” (2013).

Hal lain yang menjadi masalah adalah sistem pendidikan di Jepang yang kaku. Sekolah mengharuskan rambut siswanya berwarna hitam, tak peduli apa warna rambut seorang anak sejak lahir. Bila ia berasal dari pernikahan interasial, apalagi bukan dari negara Asia, ia akan memiliki warna mata atau rambut berbeda. Pihak sekolah akan mendorongnya untuk menghitamkan rambut. Pepatah yang dikenal adalah “the nail that sticks out gets hammered down”.

Ironinya, ada banyak tutorial make up yang mengajarkan gadis-gadis di Jepang mengenai bagaimana agar mereka terlihat seperti orang barat. Tutorial ini termasuk dengan memakai lensa kontak sehingga warna mata berbeda. Begitu pula dengan warna rambut.

Di balik itu semua, anak-anak dari pernikahan interasial tetap mengalami kesulitan seperti menyewa properti. Mereka harus memiliki penjamin yang merupakan orang Jepang. Pegawai negeri pun harus seseorang yang memiliki kewarganegaraan Jepang.

Penyambutan Rombongan Muhibah Budaya Jalur Rempah di Pelabuhan Benteng Selayar-1 Penyambutan Rombongan Muhibah Budaya Jalur Rempah di Pelabuhan Benteng Selayar-1

Selayar dan Kejayaan Maritim Nusantara

Culture

Eksplorasi Pesona Kebudayaan Jepang Melalui Anime

Culture

Steven Spielberg Steven Spielberg

Mengenal Steven Spielberg dari Filmografinya

Culture

Virgin The Series Virgin The Series

Virgin The Series vs Euphoria: Menilik Lika-liku Kehidupan Generasi Muda di Era Modernisasi

Current Issue

Connect