Connect with us
Confessions (2010) Review

Film

Confessions (Kokuhaku) Review: Pengakuan-pengakuan yang Mematikan

Setiap tindakan memiliki dampak yang akan berujung pada pengakuan mematikan.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Perfilman Jepang semakin diakui oleh dunia akhir-akhir ini, terutama dengan beberapa film yang sudah diakui oleh kritikus dunia seperti One Cut Of The Dead (2017) dan Shoplifters (2018). Akan tetapi, film Jepang sebenarnya sudah menyita banyak perhatian pecinta film, terutama mereka yang menyukai film horror ataupun thriller.

Film seperti Audition (1999) dan Suicide Club (2001) pasti sudah tidak asing untuk yang menyukai genre thriller, bahkan kedua film itu dapat dianggap termasuk dalam film thriller klasik yang menjadi rujukan banyak orang. Selain kedua film itu, pada tahun 2010 Jepang juga pernah mendaftarkan sebuah film untuk masuk dalam kategori nominasi Best Foreign Language Film berjudul Confessions.

Confessions (2010)

Confessions (2010)

Film ini diadaptasi dari sebuah novel karya Kanae Minato yang berhasil memenangkan penghargaan prestisius di Jepang. Selain itu, film ini juga berhasil mendapatkan penghargaan Film Terbaik dalam acara Japan Academy Prize. Maka sudah hampir dapat dipastikan bahwa film ini bukan thriller sembarangan yang hanya bertumpu pada suasana mencekam.

Confessions memiliki sinopsis yang cukup mengecohkan; mengenai seorang guru SMA yang mengungkapkan bahwa anaknya telah dibunuh oleh kedua muridnya sendiri. Meskipun itu adalah sinopsis resminya, penonton akan mendapatkan lika-liku kisah yang lebih seiring bergulir.

Jika penonton sudah pernah membaca sinopsisnya terlebih dahulu sebelum menonton film ini, mungkin akan kebingungan mengapa keseluruhan plot sudah diungkapkan dalam waktu 15 menit film ini berjalan. Inilah mengapa sinopsis resmi itu tadi rasanya mengecohkan, karena penonton akan dibuat mengira film ini hanya akan bercerita mengenai bagaimana guru tersebut mengetahui siapa pembunuh anaknya. Namun, film ini memiliki cabang yang begitu banyak lagi di dalamnya.

Confessions (2010) Review

(Warning spoiler)

Diceritakan dalam bentuk narasi dan terbagi-bagi sesuai dengan sudut pandang beberapa karakter utama, Confessions berusaha untuk menjaga fokus para penonton melalui tone warna yang digunakan. Untuk kisah yang bergulir di timeline utama, tone warna yang digunakan berupa adegan-adegan dengan saturasi rendah. Sedangkan untuk adegan-adegan pengakuan yang menggunakan flashback, efek sephia digunakan untuk membedakannya.

Film ini memiliki 5 bagian yang menceritakan pengalaman serta sudut pandang kelima karakter utamanya. Oleh karena itu, perbedaan antara kisah yang berada di timeline utama dengan kisah flashback akan sangat membantu penonton untuk mengikuti alurnya. Meskipun alur kisah Confessions dapat dibilang cukup padat, pembagian ini berhasil membuat film tetap tidak membingungkan dan mengalir dengan baik.

Selain menggunakan teknik dua color grading yang berbeda, film ini juga dengan tepat menggunakan efek slow motion. Pengungkapan rahasia masing-masing karakter tidak dilakukan dengan pace yang cepat meskipun terdapat banyak sekali pengakuan yang mengejutkannya. Justru dengan menggunakan efek slow motion, film ini berhasil membuat kisah tetap mengalir dengan lancar tanpa terburu-buru.

Confessions (2010) Review

Confessions (2010)

Sebagian besar aktor yang digunakan dalam film ini masih sangat muda karena memiliki latar utama di SMA. Mungkin justru ini yang paling tidak disangka oleh para penonton karena para aktor muda bisa mengeluarkan berbagai emosi yang rumit dalam performa masing-masing.

Ai Hashimoto yang memerankan karakter Mizuki Kitahara berhasil menunjukkan emosi yang mendalam meskipun memutuskan untuk memainkannya dengan ekspresi datar. Lalu ada juga Kaoru Fujiwara yang memerankan Naoki Shimomura dengan penuh rasa tertekan hampir sepanjang film, hanya untuk mengubah karakter tersebut menjadi seorang anak yang sudah jatuh terlalu dalam ke lubang kegilaan.

Confessions (2010) Review

Confessions (2010) Review

Dengan alur kisah yang seimbang dan para aktor yang menguasai karakternya masing-masing, film ini nampaknya kurang tepat dalam memilih suara latar yang digunakan. Entah mengapa, di bagian-bagian yang paling dramatis justru menggunakan lagu-lagu barat sebagai latar suaranya. Dengan efek slow motion dan lirik dramatis dari lagu yang digunakan, beberapa adegan justru terasa terlalu palsu dan dipaksakan. Padahal, jika mereka menggunakan skor musik jenis orkestra, mungkin emosi yang ingin ditunjukkan akan lebih terlihat tanpa dirasa berlebihan.

Selain itu, beberapa suntingan terlihat tidak pada tempatnya. Meskipun beberapa sequence berguna untuk menunjukkan detail yang tidak terlihat pada pengambilan wide angle. Banyak juga potongan yang justru membuat fokus penonton hancur karena tidak pada tempatnya. Selain itu, transisi dari satu sequence ke sequence lainnya seringkali terlalu kasar meskipun kontinuitasnya berjalan dengan bagus.

Secara keseluruhan, Confessions berhasil mengolah kisah karya Kanae Minato dengan menarik tanpa berbelit. Tidak mudah untuk menunjukkan butterfly effect yang menjadi fokus utama film ini tanpa membingungkan penonton.

Confessions sungguh menunjukkan bagaimana tindakan setiap orang akan selalu memiliki dampak ke depannya, baik ke diri sendiri maupun ke orang lain. Lalu terkadang, dampak tersebut dapat berujung pada pengakuan yang mematikan.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect