Connect with us
city of god review
Buscapé - Rocket

Film

City of God (Cidade de Deus) Review

Perang epik antar geng di pemukiman kumuh Brazil yang terinspirasi dari kisah nyata.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Film produksi Brazil yang diangkat dari novel tahun 1997 yang berjudul sama ini mengisahkan tentang kerasnya kehidupan di Rio de Janeiro yang bernama City of God (Cidade de Deus) mulai akhir 60an sampai awal 80an. Film yang terinspirasi dari kisah nyata ini menceritakan tentang sekumpulan pemuda yang menjadi gangster penguasa kota akibat masa kecilnya.

Mereka belajar dari tiga orang pemuda yang menamakan dirinya The Tender Trio, yang selalu berbuat onar dengan mencuri dari para penjual yang melintasi kota. Li’l Ze (Leandro Firmino) seorang bocah yang belajar dari The Tender Trio melihat hal ini dan menginspirasinya untuk menjadi penguasa kota. Semakin dewasa, Li’l Ze bersama sahabatnya Benny (Phellipe Haagensen) menguasai sisi kelam City of God dan menguasai bisnis gelap mulai dari perdagangan narkoba, jual-beli senjata api, sampai perampokkan bank dan juga menyuap polisi sehingga aksinya kejahatannya tetap terjaga.

city of god

City of God

Rocket (Alexandre Rodrigues), adik dari Goose, salah seorang anggota The Tender Trio muak dengan kekerasan yang ada di kotanya dan memilih untuk mengembangkan hobinya untuk menjadi seorang fotografer profesional. Namun seiring berjalannya waktu, secara tidak langsung keberadannya di kota tersebut membuatnya harus terus bersinggungan dengan Li’l Ze, sampai akhirnya hal itu membawa keberuntungan untuknya karena ia menjadi saksi sejarah saat tirani yang lama berakhir dan digantikan oleh kekuasaan yang baru.

Tidak seperti film pada umumnya, City of God (2002) membawa kita melihat daerah yang tidak umum dilihat, sebuah pengasingan bagi warga Brazil yang tidak punya penghasilan. Di tengan himpitan keterbatasan itu ternyata lahir sebuah peristiwa yang efeknya besar walaupun berawal dari hal kecil.

city of god

City of God (2002)

Semuanya pemain adalah aktor dan aktris pemula, bahkan banyak cast yang diambil dari warga lokal. Tapi terlihat bagaimana akting mereka yang luar biasa. Leandro Firmino da Hora sebagai Ze adalah salah satu yang terbaik. Kebengisan dan aura psikopat muncul dari tiap penampilannya. Tapi terkadang kita bisa menangkap kalau kebengisannya itu terjadi karena ia tidak memiliki orang terdekat yang menyayanginya. Hanya Benny sahabatnya yang selalu ada di dekatnya. Bisa dibilang semua cast film ini menampilkan performa yang mengagumkan selain dari segi art yang pantas mendapatkan banyak penghargaan dan menjadi salah satu film crime/drama terbaik.

Film ini menampilkan sisi kelam yang keras dan brutal. Tapi juga tidak melupakan pesan moral. Sekejam apapun gangster, mereka tetap menyayangi sahabatnya. Hal yang membuat penonton cukup tertegun. Pesan lain yang terdapat dari film ini adalah jika kita tetap pada sesuatu yang benar, maka kebaikan pasti dan selalu akan datang. Karena terbukti seorang Rocket dengan memilih jalannya sendiri yang berbeda dari teman-temannya akhirnya mampu bertahan hidup, memiliki kehidupan yang lebih baik dan sukses.

Kekuatan lain City of God adalah bagaimana tiap karakter mendapat porsi yang pas untuk mendapat bagian yang bisa dibilang cukup besar. Seperti sebuah twist. Saat kita mengira seorang karakter hanya sebagai karakter minor, ternyata di scene berikutnya dia memegang peranan yang cukup penting. Hubungan yang ditampilkan antar karakter, sebab akibat dari perbuatan tiap tokohnya juga menarik dan cerdas. Selama 2 jam lebih, film ini selalu menghadirkan cerita yang menarik dan emosional.

City of God masuk nominasi Oscar dengan Best Director, Best Cinematography, Best Writing dan Best Film Editing. Nominasi Golden Globe 2003 Best Foreign Language Film. Memenangkan banyak perhargaan mulai dari BAFTA Film Award, ABC Cinematography Award, TIFF 2002, Cinema Brazil Grand Prize 2003, dan masih banyak lagi.

12.12: The Day 12.12: The Day

12.12: The Day Review – Kudeta Militer dan Periode Tergelap Korea Selatan

Film

Look Back Review Look Back Review

Look Back Review: Nostalgia & Tragedi

Film

Conclave review Conclave review

Conclave Review – Drama Intrik di Balik Pemilihan Paus

Film

We Live in Time We Live in Time

We Live in Time Review: Perjuangan Pasangan Melawan Kanker & Waktu

Film

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect