Connect with us
BLACK PANTHER: WAKANDA FOREVER
Cr. Marvel Studios

Film

Black Panther: Wakanda Forever Review – Tentang Duka dan Regenerasi

Menjadi penghormatan terakhir untuk Chadwick Boseman, film ini fokus pada duka dan pelajaran untuk merelakan sembari melanjutkan hidup.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Setiap orang tentu merasakan duka, di antaranya ketika ditinggalkan orang lain yang amat disayangi. Akan tetapi, kita tidak selamanya bisa terkekang dalam duka mendalam dan tetap harus move on menjalani hidup yang masih dimiliki saat ini. Setidaknya itulah yang ingin diangkat dalam ‘Black Panther: Wakanda Forever’, feature film penutup dalam fase keempat ‘Marvel Cinematic Universe’.

‘Black Panther: Wakanda Forever’ merupakan film superhero dari Marvel Studios yang disutradarai oleh Ryan Coogler. Dibintangi Letitia Wright, Danai Gurira, dan Lupita Nyong’o, film ini berfokus pada penduduk Wakanda yang berduka karena meninggalnya T’Challa. Tak hanya itu, hadirnya peradaban bawah laut yang dipimpin Namor membuat para penduduk harus bahu-membahu mempertahankan kampung halamannya dari ancaman luar tersebut.

‘Black Panther: Wakanda Forever’ merupakan film superhero dari Marvel Studios yang disutradarai oleh Ryan Coogler.

Sepanjang durasinya, ‘Black Panther: Wakanda Forever’ akan banyak berfokus pada deretan karakternya yang mengalami duka dan dipaksa untuk move on seiring dengan kepergian sang raja. Hal ini membuat premis dari film terbaru arahan Ryan Coogler ini seakan serupa dengan ‘Spider-Man: Far From Home’ tiga tahun lalu. Akan tetapi, eksekusi yang ditawarkan terasa lebih make sense melalui dorongan politik dan manusiawi di dalamnya.

Berbeda dengan ‘Far From Home’ yang menghadirkan karakter utama dengan background yang sudah terbangun, ‘Black Panther: Wakanda Forever’ muncul untuk membangun deretan karakter terkait T’Challa. Hal inilah yang membuat film superhero ini seakan banyak bermain dengan legacy dari T’Challa, yang rasanya sulit sekali untuk diserap mengingat kemunculannya yang tergolong masih seumur jagung bila dibandingkan dengan karakter titular lainnya.

Meski begitu, ragam cast dalam sekuel ‘Black Panther’ ini tetap tampil dengan menawan. Sorotan utamanya tertuju pada Angela Bassett dan Letitia Wright yang menjadi central character. Belum lagi dengan berbagai tambahan baru seperti Tenoch Huerta dan Dominique Thorne yang membuat filmnya menjadi lebih meaningful dan memberikan layer lebih dalam pada konflik yang ingin diangkat oleh Ryan Coogler dalam film ini.

Seperti deretan film ‘Marvel Cinematic Universe’ lainnya, ‘Black Panther: Wakanda Forever’ tetap menyuntikkan berbagai adegan laga di dalamnya. Akan tetapi, kadar laga yang ditawarkan di dalamnya cenderung minim walau memang secara kualitas tetap tak kalah menawan bila dibandingkan dengan berbagai film MCU sebelumnya.

Secara teknis, ‘Black Panther’ tampak mengalami sedikit downgrade dalam eksekusinya. Tetap dengan sinematografi dan scoring baik, penggunaan CGI dan color tone yang diusung terasa kurang konsisten. Tak heran bila ada banyak berbagai CGI yang kurang mulus serta warna scene yang tampak terlalu gelap, sehingga berpotensi membuat jengah ketika ditonton di layar lebar.

Pada akhirnya, ‘Black Panther: Wakanda Forever’ merupakan tribute bagi aktor menawan yang memerankan karakter dengan eksistensi yang masih minim dalam jagat sinematik Marvel. Hadir dengan representasi yang tampak lebih manusiawi dan politis, runtime-nya yang mencapai hampir 180 menit dapat menjemukan bagi penonton yang haus laga dari ‘Marvel Cinematic Universe’.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect