Connect with us
Aamir Khan
Photo via GQ India

Entertainment

Aamir Khan Dan Idealismenya Dalam Berfilm

Di tangan Aamir Khan, film India memiliki kekuatan sosial dan politik.

Siapa yang tak pernah nonton filmnya Aamir Khan? Ada banyak sekali julukan yang disematkan padanya. Mulai dari Uncle Aamir, Mr. Perfectionist, India’s Conscience, Guaranteed Sales, hingga Nan Shen (dewa laki-laki di China). Publik India mengenalnya sebagai aktor sekaligus pembuat film berdedikasi tinggi. Satu tahun hanya untuk satu film. Namun tak hanya itu yang membuat namanya harum di jagat hiburan India tapi juga Asia bahkan dunia.

Aamir lahir di Mumbai, 14 Maret 1965. Ia lahir dari keluarga seniman yang banyak terjun di bidang film. Ayahnya adalah seorang produser, pamannya juga produser sekaligus sutradara, begitu pula sepupunya. Mantan istrinya dan istri di pernikahan keduanya saat ini juga berada di industri film. Aamir Khan telah mulai berkarir di tahun 1973 dengan debut film berjudul Yaadon Ki Baaraat (Procession of Memories).

Yaadon Ki Baaraat

Yaadon Ki Baaraat (1973)

Ia baru mulai memeroleh peran utama tahun 1988 di film yang disutradarai oleh sepupunya sendiri. Sejak itulah Aamir dikenal sebagai aktor yang berperan dalam film lovey dovey. Aamir memang tak langsung tumbuh menjadi seorang aktor sekaligus sutradara idealis. Perlahan ia membangun nama untuk kemudian benar-benar terjun ke dalam genre lebih serius. Aamir mulai mengubah genrenya tahun 1994 dan semakin mantap di tahun 2000-an.

Mata publik India—dan dunia—terbuka lebar ketika Aamir memproduksi dan memerankan Lagaan: Once Upon a Time in India (2001). Film ini masuk nominasi Oscar sebagai film berbahasa asing terbaik meski gagal membawa pulang piala. Lagaan juga meraih pandangan positif dari berbagai kritikus film Asia maupun dunia. Lagaan dianggap membuat formula baru dari sebuah film yang idealis tetapi juga menghibur dan tak hanya sesuai selera publik India.

lagaan once upon a time in india

Lagaan: Once Upon a Time in India

Melalui film ini, Aamir ingin menunjukkan sebuah cerita mengenai kehidupan manusia untuk bertahan. Meski setting dari filmnya di masa penjajahan Inggris yaitu antara petani dan penjajah, ia tidak memaksudkannya sebagai gambaran India dalam merebut kemerdekaan. Aamir menganggap Lagaan adalah gambaran universal ketika semua orang di dunia ingin pihak yang lebih lemah, pihak marjinal, untuk menang.

Inilah salah satu ciri khas Aamir dalam berfilm. Ia acapkali menyoroti kaum marjinal dan menyuarakan penderitaan mereka. Namun ia tidak menempatkan kaum marjinal dalam drama berdarah-darah atau sudut pandang yang lemah. Aamir lebih suka mengemasnya dalam bentuk komedi. Atau, kalaupun si lemah digambarkan lemah, ia tak menempatkan kaum marjinal berdasarkan sudut pandang si penjajah. Menjadi hebat atau menang tidak harus dengan cara berada di posisi yang sama dengan si penjajah.

Ketika Lagaan meledak di pasar dan mendapatkan perhatian dunia, Aamir sempat ditanya kemungkinan berkarir internasional. Namun hingga kini ia masih setia berkarya di India. Bisa jadi hal ini disebabkan keinginannya untuk terus memerjuangkan suara kaum marjinal. Ia lebih senang membuat film yang menyuarakan isu sosial di India dan menjadikannya sebuah alat politik. Pernyataan ini bukan sebuah hiperbola. Melalui kerja kerasnya dalam mengangkat isu sosial, Aamir benar-benar menjadi salah satu kekuatan politik dalam menjembatani kisruh antara India dengan China.

Beberapa filmnya yang lain juga berhasil menarik perhatian publik dengan baik. Di antaranya Mangal Pandey: The Rising (2005), Taare Zamen Par (2007), 3 Idiots (2009), PK (2014), Dangal (2016), dan Secret Superstar (2017). Tahun lalu ia juga merilis Thugs of Hindostan dan akan segera membuat Forest Gump versi India dengan dirinya sebagai pemeran utama. Hampir semua filmnya meledak di Asia.

dangal movie

Dangal (2016)

Dangal merupakan film India dengan pendapatan tertinggi sepanjang sejarah. 3 Idiot, PK, dan Secret Superstar masuk pula dalam daftar 15 besar film terlaris. Walaupun film-film yang dibuat Aamir tidak bertujuan menghibur semata tapi juga mendidik, ia sukses membuat formula yang tak dapat ditolak penonton. Ia membuat film-filmnya sebagai alat propaganda untuk mengangkat berbagai isu di bidang pendidikan atau gender misalnya. Namun kita sebagai penonton tidak merasa muak atau dipaksa untuk menerima pandangan-pandangan Aamir.

Aamir membuat kita mencerna dan memahami isu yang ia angkat dengan sangat lembut sampai kita tak merasa sedang diceramahi. Pendekatan komedi yang seringkali ia gunakan justru membuat film-filmnya yang meski secara konsep cenderung berat menjadi sangat ringan untuk ditelan. Pada Secret Superstar, pemeran utamanya adalam seorang gadis muslim. Pada PK, ia menyoroti ritual keagamaan pemeluk Hindu, Nasrani, dan Islam. Ia secara berani mengangkat dan mengkritik topik keagamaan tanpa membuat kita merasa tersinggung.

PK

PK (2014)

Ada sedikit bias dalam PK karena ia tampak keras menyoroti ritual agama Hindu maupun Nasrani dan lebih smooth dalam menggambarkan Islam. Ini bisa jadi karena Islam adalah agama yang ia peluk. Namun kita tidak mampu memprotes pilihan Aamir ini. Sebab ia terlalu pintar dalam mengemas film-filmnya. Tak hanya melalui film, Aamir juga dikenal vokal mengenai isu gender. Selain membicarakannya secara eksplisit, ia juga muncul dalam sebuah iklan mengenai isu gender yang viral di media sosial.

Kita tahu bagaimana buruknya masalah gender di India, begitu pula bagaimana industri hiburan menggambarkannya. Aamir berani melawan arus dengan menyuarakan pandangannya mengenai gender dan menjadi seorang aktor sekaligus sutradara yang feminis. Meski kemudian kelompok feminis mengkritik Dangal karena terlalu fokus pada ia sebagai aktor dan mengesampingkan para tokoh perempuan, kita harus berterima kasih pada usaha Aamir mengampanyekan kesetaraan gender.

Kesuksesan film-film Aamir telah membuat publik China jatuh hati pada Bollywood. Ketegangan antara China dengan India di perbatasan mungkin tidak sepenuhnya luntur. Namun film-film Aamir berhasil menurunkan sikap antipati publik China terhadap segala hal berbau India. Film India yang dikenal penuh tarian dan nyanyian serta berdurasi tiga hingga empat jam kini terlihat berbeda di tangan Aamir. Isu-isu sosial yang ia angkat pun telah membuat publik China salut.

Aamir telah menjadi fenomena baru di sana. Media-media Cina banyak memberitakan kiprahnya. Topi yang ia pakai, casing ponsel bergambar dirinya, hingga buku biografinya laku keras. Ia juga memiliki followers yang banyak di media sosial China, Sina Weibo. Aamir bahkan memiliki fanbasenya sendiri. Douban, semacam Rotten Tomatoes milik China, memilih Dangal sebagai film berbahasa asing terbaik. Keberhasilan Dangal di China berhasil mengalahkan La La Land dan Darkest Hour.

Di luar kiprahnya dalam berfilm, Aamir pun cukup terbuka dalam kehidupan keluarganya. Meski ia bercerai tanpa huru-hara dan mampu memproduksi film bersama sang mantan istri, ia tak menutupi kondisinya. Aamir menceritakan bagaimana perjuangannya mendapatkan hati sang mantan istri yang dinikahinya ketika berusia 19 tahun. Pada pernikahan keduanya, Aamir pun secara jujur menjelaskan kepada publik mengenai perjuangannya mendapatkan anak. Aamir berhasil mendapatkan anak pertamanya di pernikahan kedua ini melalui surrogate mother. Aamir juga diketahui menjadi duta Unicef terutama dalam memerangi stunting.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect