Connect with us
Ridley Scott
Cr. Ustin Tallis/AFP via Getty Images

Cultura Lists

10 Film Ridley Scott Terbaik dan Terpopuler

Mulai dari Alien, Blade Runner, hingga The Last Duel yang underrated.

Ridley Scott dikenal dengan keahliannya dalam meracik narasi yang menarik dan memikat secara visual. Sutradara ini kerap mengangkat naskah dengan ide yang mengundang penontonnya untuk berpikir intelektual. Ia juga memiliki jangkauan topik dan tema yang luas untuk diangkat dalam film-filmnya. Mulai dari drama bermuatan sejarah, fiksi ilmiah, hingga drama kriminal.

“Napoleon” contohnya, menjadi film terbaru Ridley Scott dengan muatan sejarah yang akan tayang di bioskop Indonesia. Scott tidak pernah takut dalam mengambil resiko dan pengembangan kreatif ketika mengeksekusi ide filmnya. Dalam suasana menyambutnya karya tebaru sutradara di layar lebar, ini dia sederet film terbaik dan terpopuler dari sutradara Ridley Scott.

The Duellists (1977)

Dari banyaknya jangkauan genre film Ridley Scott, genre drama bermuatan sejarah tampaknya memiliki daya tarik spesial bagi sang sutradara. Kecintaannya dengan genre ini sudah terlihat sejak debutnya pada 1977 dengan “The Duellists”. Film ini berlatar pada Napoleonic Wars, persaingan yang obsesif dari dua pria Perancis, Feraud dan d’Hubert pada abad ke-17. Plotnya fokus pada tema kehormatan dan balas dendam, dimana akhirnya mencipatkan pertempuran selama kurang lebih 16 tahun lamanya.

Meskipun belatar pada peristiwa yang sama, “The Duellists” dan “Napoleon” menghadirkan dua perspektif narasi yang berbeda. Napoleon tidak muncul dalam “The Duellists” karena lebih fokus pada pertarungan yang terjadi di antara dua tentara dari kubu berbeda. Sementara “Napoleon” lebih fokus pada pasang surut hubungan dramatis antara Napoleon dengan pasangannya, Josephine.

Alien (1979)

“Alien” masih menjadi film horor alien terbaik yang pernah ada. Sederhana, klasik, namun berkesan. Disutradarai oeh Ridley Scott dan dibintangi oleh Sigourney Weaver sebagai Ellen Ripley, salah satu final girl ikonik dalam skena horor klasik. Cukup serupa dengan formula film horor pada umumnya, “Alien” memiliki plot slowburn yang membangun ketegangan secara bertahap.

Mulai dari perkenalan lineup awak pesawat luar angkasa, penemuan telur misterius, hingga transisi menuju sekuen teror yang menghabisi karakter satu per satu. Sebagai film era 70an, efek visual dan produksi film horor sci-fi ini juga sangat memukau kualitasnya. Uniknya, sebagai film alien terbaik yang pernah ada, sosok alien dalam film ini, Xenomorph, totalnya hanya 4 menit dalam “Alien”.

Blade Runner (1982)

“Blade Runner” merupakan film Ridley Scott yang meninggalkan legasi pada skena film retro sci-fi dari era 80an. Berlatar futuristic dystopian di Los Angeles, Rick Deckard yang diperankan oleh Harrison Ford, adalah seorang ‘blade runner’. Seorang blade runner memiliki tugas memburu para replicant yang membelot dari sistem. Seiring Deckard dalam misi pengejaran targetnya, ia mulai mempertanyakan makna dari eksistensi manusia dan kecerdasaan buatan.

Ketika pada masanya genre sci-fi identik dengan presentasi penuh laga hingga opera luar angkasa seperti “Star Wars”, “Blade Runner” menjadi sajian klasik yang memulai narasi baru dari genre ini. Mengangkat tema kemanusian dan muatan filosofi, dengan presentasi neo-noir yang menegangkan dan lebih tenang. Legasi “Blade Runner” pun diteruskan oleh Denis Villeneuve melalui “Blade Runner 2049” pada 2017 silam.

Thelma & Louise (1991)

“Thelma & Louise” menjadi film bergenre drama road trip dengan latar drama yang membumi. Dibintangi oleh Geena Davis dan Susan Sarandon, mengiuti kisah dua wanita, Thelma dan Louise yang melakukan tindakan kriminal tidak terduga di akhir pekan. Khawatir dengan konsekuensi hukum yang harus mereka hadapi, keduanya pun kabur dalam perjalanan yang menyimbulkan pemberontakan dan pemberdayaan wanita.

Meski kali ini kita tidak diajak ke masa depan dan pesawat luar angkasa, Scott tetap hadirkan naskah yang akan menantang penontonnya. Film ini mengeksplorasi tema persahabatan, kekebasan, dan konsekuensi dari sistem patriaki. Selalu menarik melihat sutradara pria mengangkat topik feminisme dalam film mereka, dan ini menjadi salah satu film dengan penyampaian ide dan pemikiran sutradara yang tepat sasaran.

Gladiator (2000)

“Gladiator” bisa jadi tiga besar dari film terpopuler dan terbaik Ridley Scott. Dibintangi oleh Russell Crowe, ia berperan sebagai Maximus, jenderal perang yang dijual menjadi budak, kemudian menjadi gladiator yang dicintai oleh masyakat. Namun dibenci oleh Kaisar Commodus, diperankan oleh Joaquin Phoenix.

Film ini merupakan paket lengkap dari drama bermuatan sejarah kolosal dengan aksi, penceritaan karakter, visual dan musik menggugah, hingga penampilan akting yang teatrikal dan berkesan. Wajar jika film ini berhasil dinobatkan sebagai Best Picture pada Academy Awards 2001.

“Gladiator” masih menjadi film drama bersejarah terbaik yang pernah ada. Kita masih menanti-nanti film dengan kualitas yang setara untuk kembali ke layar lebar. Sayangnya, film seperti ini pastinya membutuhkan budget yang sangat tinggi serta berani mengambil risiko dengan naskah orisinal, di tengah tren remake dan adaptasi saat ini. Kita masih berharap dalam waktu depat kita bisa menonton film dengan latar sejarah eropa klasik yang kolosal.

Black Hawk Down (2001)

“Black Hawk Down” merupakan film bertema perang yang diadaptasi dari kisah nyata misi yang dilakukan oleh militer Amerika Serikat di Mogadishu, Somalia. Narasinya fokus pada pertempuran intense di Mogadishu, dimana misi untuk menangkap dalang perang teralihkan menjadi baku tembak.

Film ini hendak menampilkan potrait kepelikan, aksi heroik, dan tragedi karena konflik, menunjukan ketahanan dan pengorbanan dari tentara-tentara Amerika Serikat dalam misi tersebut. “Black Hawk Down” dipuji karena adaptasi kisah yang tak ragu menunjukan kebrutalan dari peristiwa yang diadaptasi. “Black Hawk Down” dibintangi oleh Josh Harnett, Ewan McGregor, Tom Sizemorem dan Tom Hardy.

Kingdom of Heaven (2005)

“Kingdom of Heaven” adalah fim epic period drama berlatar pada peristiwa Perang Salib. Film ini dibintangi oleh Orlando Bloom sebagai Balian dari Ibelin, pandai besi yang unggul di Yerusalem. Ketika tensi semakin memanas di antara Kristen dan Muslim pada masanya, Balian justru mencari perdamaian.

Film Ridley Scott satu ini mengeksplorasi tema kehormatan, agama, dan kegagalan perang. Ini juga menjadi film sejarah epik yang menampilkan kualitas produksi dan visual menawan nan megah. Kemudian diramaikan dengan aktor-aktor papan atas mulai dari Eva Green, Jeremy Irons, dan Liam Neeson.

Lagi-lagi Scott mengajak kita mengkritisi dan memahami narasi seputar politik, cinta , dan usaha untuk hidup dalam perdamaian lepas dari latar belakang kepercayaan yang berbeda di Tanah Suci era medieval.

American Gangster (2007)

Selain sci-fi dan epic period drama, Ridley Scott juga film bertema mafia yaitu “American Gangster”. Film ini merupakan biopik dari Frank Lucas, bandar obat-obat terlarang di Harlem yang dibintangi oleh Denzel Washington. Sementara Russell Crowe berperan sebagai Richie Roberts, detektif yang memiliki tujuan untuk menangkap Frank. Berlatar di era 1970an, film ini mengeksplorasi bagaimana perederan obat-obat terlarang berdampak pada masyarakat.

Washington dan Crowe memberikan penampilan yang ikonik dalam “American Gangster”, menampilkan potrait kehidupan karakternya yang kontras dan saling bertolak belakang. Film ini memiliki narasi yang menarik, produksi era yang detail, dan penampilan aktor pendukung yang tak kalah berkualitas pula termasuk Josh Brolin dan Chiwetel Ejiofor. Film ini menjadi rangkuman solid akan isu kriminal, korupsi, dan keadilan.

The Martian (2015)

Kembali menyutradarai film sci-fi, “The Martian” merupakan film yang diadaptasi dari novel karya Andy Weir. Dibintangi oleh Matt Damon sebagai Mark Watney, ia adalah seorang astronot yang terdampar di planet Mars setelah diduga meninggal oleh rekan-rekannya ketika terjadi kecelakan dalam menjalankan misi. Sebagai pria yang ahli teknik mesin dan berkebun, ia menggunakan kemampuannya untuk bertahan hidup di Mars selagi menanti bantuan dari Bumi.

“The Martian” menjadi satu lagi film drama sci-fi dari sang sutradara yang mengadirkan tema segar dalam skenanya. Ada protagonis yang bertahan hidup di hutan, bencana alam, hingga akhir dunia, Mark Watney berusaha berthan hidup di planet asing. Bukan film yang terlalu menegangkan, film ini mengeksplorasi potensi kehidupan manusia di planet Mars yang sampai sekarang masih jadi perdebatan ilmiah.

The Last Duel (2021)

“The Last Duel” merupakan momen yang kita nanti-nanti kembali setelah “Gladiator”. Sayangnya, krisis di industri perfilman di kala pandemi membuat film epic period drama ini flop di layar lebar.

Disutradarai oleh Ridley Scott, naskahnya ditulis oleh Matt Damon dan Ben Affleck yang juga membintangi film ini. Kisah berputar di antara tiga karakter utama, Marguerite de Carrouges yang dibintangi oleh Jodie Comer, Sir Jean de Carrouges, dan Jacques Le Gris dibintangi oleh Adam Driver.

Ketika Marguerite mengaku dirinya dilecehkan oleh Jacques, suaminya Sir Jean memutuskan untuk melakukan duel maut. Film ini terbagi menjadi tiga babak, dimana masing-masing menyoroti perspektif setiap karakter. Konsepnya adalah bagaimana setiap karakter bias dan memihak pada dirinya sendiri dalam menceritakan peristiwa yang sama. “The Last Duel” mengangkat isu pelecehan pada wanita di era medieval dengan eksekusi menarik.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect